Jumat, 28 Maret 2014

Gagasan Mencegah Kehamilan Remaja



Kehamilan remaja merupakan masalah kesehatan yang penting, baik di negara maju maupun di negara berkembang. di indonesia angka kejadian kehamilan remaja semakin meningkat, yaitu sebanyak 9% dari jumlah kehamilan di Indonesia pada tahun 2010. kehamilan remaja termasuk dalam kategori kehamilan resiko tinggi yang dapat meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi. 

Remaja merupakan asset bangsa. Sayangnya banyak remaja saat ini terjebak dalam masalah free sex, KTD (kehamilan tidak diinginkan), aborsi, narkoba, dan terkena penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. 

Adapun gagasan untuk mencegah masalah kehamilan pada remaja yaitu:
  1. Memberikan sistem pendidikan dan sistem penerangan untuk membentuk perilaku seks bersyariat, perencanaan berkeluarga, dan akses untuk memperoleh kontrasepsi.
  2. Mengusulkan pembuatan program pemerintah untuk melarang remaja lawan jenis berduaan.
  3. Melibatkan masyarakat luas untuk melarang remaja lawan jenis berduaan.
  4. Pembuatan sistem sangsi yang membuat jera pelaku dan mencegah orang lain melakukannya.
  5. Pembekalan ilmu agama tentang menutup aurat, menundukkan pandangan, memelihara kemaluan, mengharamkan untuk mendekati apalagi berzina dll.
  6. Membentuk karakter anak untuk menjauhkan diri dari orang yang belum di kenal.

Jumat, 21 Maret 2014

Asma Pada Kehamilan



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
            Asma ialah penyakit inflamasi kronis saluran pernafasan dengan komponen herediter mayor, terkait pada kromosom 5,6,11,12,14,16, dan reseptor IgE dengan afinitas tinggi, sitokin, reseptor T-sel antigen. (Sarwono,2009:810)
            Asma dapat didefinisikan sebagai dispne paroksismal yang disertai oleh bunyi tambahan yang disebabkan oleh spasme pipa bronkus atau pembengkakan mukosa bronkus. (Ben-Zion,1994:94).
            Asma merupakan suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil suatu pengobatan.(The American Thoracic Society,1962)
2.2  Gejala klinik
`           Pada keadan ringan, hipoksia dapat dikompensasi hiperventilasi, ditandai dengan PO2 normal, penurunan PCO2, dan alkalosis respirasi. Namun, bila bertambah berat akan terjadi kelelahan yang menyebabkan retensi CO2 akibat hiperventilasi, ditandai dengan PCO2 yang normal.
            Bila terjadi gagal nafas, ditandai asidosis, adanya pernafasa dalam, takikardi, ekspirasi memanjang, sianosis sentral, sampai gangguan kesadaran, keadaan ini bersifat reversible dan dapat ditoleransi. Namun, pada kehamilan sangat berbahaya akibat adanya penurunan kapasitas residu.
            Serangan asma dapat dimulai dengan sensasi kesesakan dada yang diikuti oleh batuk dan bising mengi. Demam menggambarkan infeksi saluran pernafasan. Dari pemeriksaan dada menunjukkan ronki dan bising mengi di inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi memanjang.

2.3  Manifestasi klinis.
Factor pencetus timbulnya asma antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran nafas, pengaruh udara dan factor psikis.penderita selama kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak, dan batuk-batuk.

2.4  Kemungkinan komplikasi
Meliputi emfisema mediastinum (pelebaran gelembung paru) dan mortalitas janin karena hipoksemia berat.

2.5  Pengaruh kehamilan terhadap asma
Tidak ada bukti klinis pengaruh kehamilan terhadap asma ataupun pengaruh asma terhadap kehamilan. Study perspektif terhadap ibu hamil dengan asma tidak didapatkan perbedaan kelompok yang mengalami perbaikan, menetap, atau memburuk. Namun, ada hubungan keadaan asma sebelum hamil dan morbiditasnya pada kehamilan. Sebanyak 20% dari ibu dengan asma ringan moderat mengalami serangan intrapartum, serta peningkatan resiko serangan 18 kali lipat setelah persalinan dengan seksio sesaria jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam.

2.6  Luaran kehamilan
Terdapat komplikasi preeklamsi 11%,IUGR 12%, dan prematuritas 12% kehamilan dengan asma.
Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi sebelum hipoksia pada ibu terjadi. Gawat janin terjadi akibat penurunan sirkulasi uteroplasenter. Hipoksia maternal menyebabkan penurunan aliran darah pada tali pusat, peningkatan resistensi vascular pulmonal dan sistemik, dan penurunan cardiac out put.
Obat-obatan antiasma yang biasa digunakan tidak memiliki efek samping teratogenik. Resiko pada anak untuk terkena asma bervariasi antara 6-30%, bergantung pada factor herediter dari ibu dan ayah penderita asma.

2.7  Penanganan asma kronis
Menurut National Asthma Education Program Expert Panel,1997, penanganan yang efektif pada kehamilan harus mencakup hal-hal berikut ;
1.      Penilaian objektif fungsi paru dan kesejahteraan janin
2.      Menghindari/menghilangkan factor presipitasi lingkungan
3.      Terapi farmakogenik
4.      Edukasi pasien.

2.8  Penanganan asma akut
Penanganan asma akut pada kehamilam sama dengan non hamil, tetapi hospitality threshold lebih rendah. Dilakukan penanganan aktif dengan hidrasi intravena pemberian masker oksigen.
Asma berat yang tidak berespon terhadap terapi dalam 30-60 menit dimasukkan dalam kategori status asmatikus. Penanganan aktif, di ICU dan intubasi dini, serta penggunaan ventilasi mekanik pada keadaan kelelahan, retensi CO2, dan hipoksemia akan memperbaiki morbiditas dan mortalitas.



Langkah penanganan asma pada kehamilan
Sebelum kehamilan




Selama kehamilan










Saat persalinan











Pascapersalinan
Konseling mengenai pengaruh kehamilan dan asma, serta pengobatan.
Hindari factor pencetus
Rujukan dini pada pemeriksaan antenatal.

Penyesuaian terapi untuk mengatasi gejala. Pemantauan kadar teofilin dalam darah, karena selama hamil terjadi hemodilusi sehingga memerlukan dosis yang lebih tinggi.
Pengobatan untuk mencegah serangan dan penanganan dini bila terjadi serangan,
Pemberian obat sebaiknya inhalasi, untuk menghindari efek sistemik pada janin.
Pemeriksaan fungsi paru ibu
Pada pasien yang stabil, NST dilakukan pada akhir trimester III.
Konsultasi anestesi untuk mempersiapkan persalinan.

Pemeriksaan FEV1, PEFR saat masuk rumah sakit dan di ulang bila timbul gejala.
Pemberian oksigen adekuat.
Kortikosteroid sistemik (hidrokortison 100 mg i.v. tiap 8 jam) diberikan 4 minggi sebelum persalinan dan terapi maintenance diberikan selama persalinan.
Anestesi epidural dapat digunakan selama proses persalinan. Pada persalinan operatif lebih baik digunakan anestesi regional untuk menghindari rangsangan pada intubasi trakea.penanganan hemoragi pasca persalinan sebaiknya menggunakan uterotonika atau PGE2 karena PGF dapat merangsang bronkospasme.

Fisioterapi untuk membantu pengeluaran mucus paru, latihan pernafasan untuk mencegah atau meminimalisir atelectasis, mulai pemberian terapi maintenance.
Pemberian ASI tidak merupakan kontraindikasi meskipun ibu mendapatkan obat antiasma termasuk prednisone.








Perawatan Payudara



PERAWATAN PAYUDARA

a.       Pengertian
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI.
b.       Tujuan
1)   Memelihara kebersihan payudara
2)   Melenturkan dan menguatkan putting susu
3)   Memperlancar produksi ASI
c.        Waktu Pelaksanaan
Dilakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari
d.      Syarat-syarat untuk mendapatkan hasil yang diharapkan
1)   Dilakukan secara teratur dan sistematis
2)   Makanan dan minuman ibu yang seimbang dan sesuai dengan kesehatan ibu
3)   BH (Bra) yang dipakai ibu selalu bersih dan menyokong payudara
e.       Alat-alat yang digunakan
1)      Minyak kelapa
2)      Handuk bersih dua buah
3)      Baskom dua buah
Satu di isi air hangat
Satunya berisi air dingin
4)      Kapas
5)      Bengkok
6)      Waslap dua buah
f.        Teknik perawatan payudara
Pelaksanaan
1.   Buka pakaian ibu
2.   Letakkan handuk di atas pangkuan ibu tutuplah payudara dengan handuk
3.   Buka handuk pada daerah payudara dan taruh di pundak
4.   Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit agar epitel yang lepas tidak menumpuk lalu bersihkan kerak-kerak pada putting susu
5.   Bersihkan dan tariklah putting susu keluar terutama untuk putting susu yang datar.
6.   Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari
Pengurutan I
a.       Licinkan kedua tangan dengan baby oil
b.      Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri,lakukan gerakan kecil dengan 2 atau 3 jari tangan tangan mulai dari pangkal payudara dengan gerakan memutar berakhir pada daerah putting (dilakukan 20-30 kali)


Pengurutan II
Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada putting susu (dilakukan 20-30 kali) pada kedua payudara.


Pengurutan III
Meletakkan kedua tangan diantara payudara, mengurut dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan.



Pengurutan IV
Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal ke arah putting susu.


Payudara dikompres dengan air hangat lalu dingin secara bergantian kira-kira 5 menit (air hangat dahulu). Keringkan dengan handuk dan pakailah BH khusus yang dapat menopang dan menyangga payudara.
Pada saat mandi bersihkanlah payudara, gunakan sabun tetapi jangan sabuni pada bagian puting dan aerolanya (bagian berwarna gelap sekitar puting). Sabun dapat menghilangkan cairan alami yang melindungi puting. Buanglah sisa ASI dengan menggunakan tangan atau dibantu dengan pompa khusus. Rasa pedih pada payudara dapat dihilangkan dengan mandi air hangat, mendapatkan udara dan sinar matahari cukup serta mengoleskan lanolin.
g.       Akibat yang timbul jika tidak melakukan perawatan payudara
1.   Anak susah menyusu karena payudara yang kotor
2.   Putting susu tenggelam sehingga bayi susah menyusu
3.   ASI menjadi lama keluar sehingga berdampak pada bayi
4.   Produksi ASI terbatas karena kurang dirangsang melalui pemijitan dan pengurutan
5.   Terjadi pembengkakan, peradangan pada payudara dan kulit payudara terutama pada bagian putting mudah lecet


Sumber
Neilson,Joan.1995.Cara Menyusui Yang Baik.Jakarta:Arcan
Soetjiningsih.1997.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.Jakarta:EGC
Moody,Jane.2005.Menyusui: Cara Mudah, Praktis dan Nyaman.Jakarta:Arcan