Kamis, 20 Maret 2014

Hepatitis Virus



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
            Hepatitis virus adalah penyakit hati paling serius yang dijumpai pada wanita hamil. Terdapat paling sedikit 5 jenis hepatitis virus yang berbeda : hepatitis A ; hepatitis B; hepatitis D, yang disebabkan oleh agens delta terkait – hepatitis B; hepatitis C; dan hepatitis E. Terdapat agens ke 6, virus hepatitis G, yang juga disebut GBV-C. (Kenneth J. Leveno, 2009).
            Hepatitis adalah peradangan pada hati yang mengalami nekrosis berupa bercak difus yang mempengaruhi seluruh sel asinus hati dan merusak arsitektur hati. (Geri Morgan, 2009).
2.2 Patofisiologi
Saat terjadinya infeksi seperti akibat dari serangan virus, maka fungsi liver mengalami kerusakan ataupun gangguan. Pada saat fungsi liver normal, semua zat diolah oleh liver, namun saat fungsinya terganggu, maka racun atau toksin dalam tubuh tidak berhasil diolah dan tetap tinggal. Jika hal ini terjadi terus menerus dalam jangka waktu lama, racun itu akan terus bertambah dan akan merusak tubuh karena racun akan menyebar ke organ-organ lainnya.
2.3 Prognosis
Prognosis tergantung pada status nutrisi penderita. Untuk hepatitis fulminan prognosis biasanya jelek, angka kematian lebih dari 85%.
2.4 Klasifikasi hepatitis
1) Hepatitis A (Hepatitis infeksius)
            Penyebab hepatitis A adalah virus hepatitis A (HAV). Ditularkan melalui kontak seksual secara fekal-oral bahkan makanan dan minuman.. Orang-orang yang mengidam penyakit ini mengeluarkan virus dalam fesesnya,dan selama periode viremia yang berlangsung singkat, darah mereka juga menular. Masa inkubasinya sekitar 2-7 minggu.
            Deteksi dini hepatitis A adalah dengan menemukan antibodi IgM. Selama masa pemulihan, antibody IgG bersifat dominan, antibodi ini menetap dan bertanggung jawab menimbulkan imunitas terhadap infeksi hepatitis A di kemudian hari.
            Tidak terdapat bukti bahwa virus hepatitis A bersifast teratogenik, dan resiko penularan ke janin dapat di abaikan. Wanita hamil yang baru berkontak erat atau berhubungan kelamin dengan pengidap hepatitis A harus diberi profilaksis dengan 1 mL immunoglobulin dalam 2 minggu pajanan.
2) Hepatitis B (hepatitis serum)
            Disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Infeksi hepatitis B paling sering di jumpai pada para pemakai obat terlarang intravena, homoseksual, petugas kesehatan, dan pasien yang sering mendapat produk darah (hemofilia). Virus ditularkan melalui darah atau produk darah yang terinfeksi, melalui air liur, sekresi vagina, dan semen, penyakit ini merupakan penyakit menular seksual.
            Pada infeksi akut hepatitis B di TM I, 10% janin terinfeksi, dan pada TM III angka ini menjadi 80-90%. Pada infeksi maternal yang kronik, penularan perinatal melalui ingesti bahan yang terinfeksi sewaktu persalinan atau terpajan setelah lahir (menyusui). Hampir 85% bayi yang terinfeksi menjadi pembawa kronik
            CDC serta American College of Obstetricians and Gynecologists (1998) menganjurkan skrining serologis hepatitis B untuk semua pasien prenatal. Skrining selektif hanya akan mengidentifikasi 30-50% wanita seropositive. Untuk wanita beresiko tinggi yang memiliki antigen negative, dapat diberikan vaksin selama kehamilan. Bagi wanita yang memiliki hasil uji positiif, anak harus diberi globulin imun hepatitis B dan vaksin rekombinan.
3) Hepatitis C
            Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Infeksi hepatitis C  paling sering di jumpai pada para pemakai obat-obatan per intravena, hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi dengan masa inkubasi 2-26 minggu. Infeksi hepatitis C ditularkan secara vertical ke janin-bayi, dengan angka bervariasi dari 3-6%. Saat ini belum ada metode untuk mencegah penularan saat persalinan. Oleh karena itu, CDC tidak menganjurkan skrining pada wanita hamil, namun neonatus dari ibu yang diketahui positif anti HCV (anti virus hepatitis C) harus diperiksa dan ditinjak lanjuti.
4) Hepatitis D (delta)
            Infeksi hepatitis D  di jumpai pada para pemakai obat-obatan per intravena atau pecandu obat-obatan yang sering memakai jarum suntik bersama-sama. Hepatitis ini menular melalui darah yang sudah terinfeksi.penyakit ini hanya timbul pada orang-orang yang terinfeksi dengan hepatitis B sebelumnya. Hepatitis ini memiliki masa inkubasi 2-8 minggu.
5) hepatitis E
            Disebabkan oleh infeksi firus hepatitis E (HEV) yang ditularkan melalui fecal-oral. Penyakit ini akan hilang dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang berkembang menjadi penyakit hati akut yang parah.
2.5 Tanda dan Gejala
(a)    Cepat lelah
Hati mempunyai tanggung jawab untuk menyimpan energi untuk kebutuhan tubuh dalam menjalankan fungsinya. Jika hati rusak, energi yang anda butuhkan untuk melakukan aktivitas setiap harinya mungkin tidak tersedia. Hal itu yang menyebabkan kelelahan.
(b)    Demam
Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati terinfeksi suatu penyakit (misalnya Hepatitis A), hati menjadi bengkak. Sel hati mulai mengeluarkan enzim alanin aminotransferase ke darah. Tubuh yang telah terinfeksi oleh virus metabolismenya meningkat, sehingga suhu tubuh juga akan meningkat.
(c)    Anoreksia
Hilangnya nafsu makan yang ekstrem dikarenakan adanya rasa mual muntah.
(d)   Ikterus
Terjadi gangguan pada hepar sehingga tidak bisa melakukan fungsinya dalam mengontrol pengeluaran bilirubin, sehingga kadar bilirubin meningkat dan terjadi hiperbilirubinemia atau ikterus.
(e)    Diare
Virus lewat duodenum, jejunum, ileum menembus sel tanpa lisis viremia atau infeksi lokal karena keracunan.  sehingga usus tidak bisa menyerap air secara maksimal, akibatnya terjadi diare.
2.6 Diagnosis
Diagnosa terhadap liver bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya racun atau toksin tersebut. Untuk mengetahui apakah seseorang mengidap hepatitis kronis atau tidak adalah dengan menjalani tes darah.
Ada tiga cara diagnosa hepatitis yang umum dilakukan yaitu :
1)        Tes fungsi hati / liver
2)         Pemeriksaan protein liver
3)        Biopsi liver
2.7  Masalah hepatitis terhadap kehamilan
1) Hepatitis A
Transmisi  hepatitis A akut ke janin sangat rendah. Jika antigen hepatitis A terdapat pada kotoran pada saat kelahiran bayi atau, mungkin, ketika penyakit terjadi nanti 2-3 minggu terakhir kehamilan, bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis immunoglobulin karena bisa tertular dari ibu. Kehamilan dengan hepatitis A tidak menyebabkan peningkatan angka kematian ibu. Jika bayi baru lahir terpapar, infeksi biasanya ringan dan mereka akan mempunyai kekebalan seumur hidup.
2) Hepatitis B
Sebagian besar infeksi pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat persalinan dan kelahiran atau melalui kontak ibu bayi, daripada secara transplasental. Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan tanda infeksi ikterus ringan, mereka cenderung menjadi carrier. Pada satu penelitian hepatitis akut maternal (tipe B atau non-B) tidak mempengaruhi insidens dari malformasi kongenital, lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi, hepatitis akut menyebabkan peningkatan insidens prematuritas.
3)Hepatitis C
Data yang ada tidak menunjukkan peningkatan resiko malformasi kongenital, distress fetal, lahir mati atau prematur. Wanita dengan HCV dan janinnya tidak mempunyai resiko yang lebih besar terhadap komplikasi obstetrik atau perinatal dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.
4)Hepatitis D
            Penularan neonatus pernah dilaporkan, tetapi vaksinasi hepatitis B biasanya mencegah hepatitis delta.
5)Hepatitis E
Pada wanita hamil penyakit ini lebih sering parah dan berhubungan dengan sindrom klinis yang disebut kegagalan hati fulminant.wanita hamil, terutama pada trimester III mengalami tingkat kematian tinggi dari penyakit ini (20%).
2.8 Penanganan hepatitis
1) Hepatitis A
Terapi simptomatis adalah sangat penting untuk mengisolasi wanita hamil yang terinfeksi untuk menghindari penularan. Terapi simptomatis disini termasuk mencegah dehidrasi dan pemberian nutrisi yang adekuat dan istirahat. Biasanya akan sembuh dalam 1-2 bulan. Wanita hamil yang telah terpapar infeksi dapat diberikan imuno-γ-globulin (0,02 mg/kgBB). Terapi ini hanya efektif jika diberikan dalam waktu 2 minggu. Vaksinasi hepatitis A dapat diberikan bersamaan dengan imuno-γ-globulin. Dengan vaksinasi akan melindungi kadar antibodi dalam 10-14 hari. Telah dilaporkan bahwa efektivitas vaksinasi lebih dari 90%.

2) Hepatitis B
(1)      Antepartum
a. Mendapat kombinasi antibodi pasif (immunoglobulin) dan imunisasi aktif vaksin hepatitis B
b. Menghindari obat-obatan yang hepatotoksis seperti asetaminofen yang dapat memperburuk kerusakan hati
c.  Tidak mendonor darah, bagian tubuh dan jaringan
d. Tidak menggunakan alat pribadi yang dapat berdarah dengan orang lain misalnya sikat gigi dan pisau cukur
e. Menginformasikan pada Dokter Anak, Kandungan Kebidanan dan perawat bahwa mereka carrier hepatitis B
f. Memastikan bahwa bayi mereka mendapat vaksin hepatitis B waktu lahir, umur 1 bulan, dan 6 bulan
g.  Kontrol sedikitnya setahun sekali ke dokter pribadi
h. Mendiskusikan resiko penularan dengan pasangan mereka dan mendiskusikan pentingnya konseling dan pemeriksaan


(2)   Persalinan
Walaupun persalinan secara seksio sesarea sudah dianjurkan dalam arti untuk penurunan transmisi HBV dari ibu ke anak, jenis persalinan ini tidak berarti secara bermakna dapat menghentikan transmisi HBV. Tetapi seksio sesarea sangat disarankan oleh Centers for Disease Control (CDC) dan American College of Obstetricians and Ginyecologists (ACOG).

(3)       Bayi daru lahir
      Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik) harus di terapi dengan kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan vaksin hepatitis B.

(4)      Menyusui
Dengan imunoprofilaksis hepatitis yang sesuai, menyusui tidak memperlihatkan resiko tambahan untuk penularan dari carrier virus hepatitis B.

3. Hepatitis C
Pengobatan hepatitis C dengan pemberian obat seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan ribavirin. Tujuannya yaitu mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati.

4. Hepatitis D
Hepatitis D kronik diterapi dengan interferon alfa.

5. Hepatitis E
Dengan pemberian vaksin dimana vaksin tampak lebih efektif dan aman, namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai perlindungan vaksin jangka panjang dan efektifitas biaya vaksinasi hepatitis E.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar