BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hepatitis virus adalah penyakit hati paling serius yang
dijumpai pada wanita hamil. Terdapat paling sedikit 5 jenis hepatitis virus
yang berbeda : hepatitis A ; hepatitis B; hepatitis D, yang disebabkan oleh
agens delta terkait – hepatitis B; hepatitis C; dan hepatitis E. Terdapat agens
ke 6, virus hepatitis G, yang juga disebut GBV-C. (Kenneth J. Leveno, 2009).
Hepatitis adalah peradangan pada hati yang mengalami
nekrosis berupa bercak difus yang mempengaruhi seluruh sel asinus hati dan
merusak arsitektur hati. (Geri Morgan, 2009).
2.2 Patofisiologi
Saat terjadinya
infeksi seperti akibat dari serangan virus, maka fungsi liver mengalami
kerusakan ataupun gangguan. Pada saat fungsi liver normal, semua zat diolah
oleh liver, namun saat fungsinya terganggu, maka racun atau toksin dalam tubuh
tidak berhasil diolah dan tetap tinggal. Jika hal ini terjadi terus menerus
dalam jangka waktu lama, racun itu akan terus bertambah dan akan merusak tubuh
karena racun akan menyebar ke organ-organ lainnya.
2.3 Prognosis
Prognosis tergantung pada status
nutrisi penderita. Untuk hepatitis fulminan prognosis biasanya jelek, angka
kematian lebih dari 85%.
2.4 Klasifikasi
hepatitis
1) Hepatitis A
(Hepatitis infeksius)
Penyebab hepatitis A adalah virus hepatitis A (HAV). Ditularkan
melalui kontak seksual secara fekal-oral bahkan makanan dan minuman..
Orang-orang yang mengidam penyakit ini mengeluarkan virus dalam fesesnya,dan
selama periode viremia yang berlangsung singkat, darah mereka juga menular.
Masa inkubasinya sekitar 2-7 minggu.
Deteksi dini hepatitis A adalah dengan menemukan antibodi
IgM. Selama masa pemulihan, antibody IgG bersifat dominan, antibodi ini menetap
dan bertanggung jawab menimbulkan imunitas terhadap infeksi hepatitis A di
kemudian hari.
Tidak terdapat bukti bahwa virus hepatitis A bersifast
teratogenik, dan resiko penularan ke janin dapat di abaikan. Wanita hamil yang
baru berkontak erat atau berhubungan kelamin dengan pengidap hepatitis A harus
diberi profilaksis dengan 1 mL immunoglobulin dalam 2 minggu pajanan.
2) Hepatitis B (hepatitis
serum)
Disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Infeksi
hepatitis B paling sering di jumpai pada para pemakai obat terlarang intravena,
homoseksual, petugas kesehatan, dan pasien yang sering mendapat produk darah
(hemofilia). Virus ditularkan melalui darah atau produk darah yang terinfeksi,
melalui air liur, sekresi vagina, dan semen, penyakit ini merupakan penyakit
menular seksual.
Pada infeksi akut hepatitis B di TM I, 10% janin
terinfeksi, dan pada TM III angka ini menjadi 80-90%. Pada infeksi maternal
yang kronik, penularan perinatal melalui ingesti bahan yang terinfeksi sewaktu
persalinan atau terpajan setelah lahir (menyusui). Hampir 85% bayi yang
terinfeksi menjadi pembawa kronik
CDC serta American College of Obstetricians and
Gynecologists (1998) menganjurkan skrining serologis hepatitis B untuk semua
pasien prenatal. Skrining selektif hanya akan mengidentifikasi 30-50% wanita
seropositive. Untuk wanita beresiko tinggi yang memiliki antigen negative,
dapat diberikan vaksin selama kehamilan. Bagi wanita yang memiliki hasil uji
positiif, anak harus diberi globulin imun hepatitis B dan vaksin rekombinan.
3) Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Infeksi
hepatitis C paling sering di jumpai pada
para pemakai obat-obatan per intravena, hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi dengan masa inkubasi 2-26 minggu. Infeksi hepatitis C ditularkan
secara vertical ke janin-bayi, dengan angka bervariasi dari 3-6%. Saat ini
belum ada metode untuk mencegah penularan saat persalinan. Oleh karena itu, CDC
tidak menganjurkan skrining pada wanita hamil, namun neonatus dari ibu yang
diketahui positif anti HCV (anti virus hepatitis C) harus diperiksa dan
ditinjak lanjuti.
4) Hepatitis D (delta)
Infeksi hepatitis D
di jumpai pada para pemakai obat-obatan per intravena atau pecandu
obat-obatan yang sering memakai jarum suntik bersama-sama. Hepatitis ini
menular melalui darah yang sudah terinfeksi.penyakit ini hanya timbul pada
orang-orang yang terinfeksi dengan hepatitis B sebelumnya. Hepatitis ini memiliki
masa inkubasi 2-8 minggu.
5) hepatitis E
Disebabkan oleh infeksi firus hepatitis E (HEV) yang
ditularkan melalui fecal-oral. Penyakit ini akan hilang dengan sendirinya,
tetapi kadang-kadang berkembang menjadi penyakit hati akut yang parah.
2.5 Tanda dan Gejala
(a)
Cepat lelah
Hati mempunyai
tanggung jawab untuk menyimpan energi untuk kebutuhan tubuh dalam menjalankan
fungsinya. Jika hati rusak, energi yang anda butuhkan untuk melakukan aktivitas
setiap harinya mungkin tidak tersedia. Hal itu yang menyebabkan kelelahan.
(b)
Demam
Hati yang
normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati terinfeksi suatu penyakit
(misalnya Hepatitis A), hati menjadi bengkak. Sel hati mulai mengeluarkan enzim
alanin aminotransferase ke darah. Tubuh yang telah terinfeksi oleh virus
metabolismenya meningkat, sehingga suhu tubuh juga akan meningkat.
(c)
Anoreksia
Hilangnya nafsu
makan yang ekstrem dikarenakan adanya rasa mual muntah.
(d)
Ikterus
Terjadi
gangguan pada hepar sehingga tidak bisa melakukan fungsinya dalam mengontrol
pengeluaran bilirubin, sehingga kadar bilirubin meningkat dan terjadi
hiperbilirubinemia atau ikterus.
(e) Diare
Virus lewat duodenum, jejunum, ileum
menembus sel tanpa lisis viremia atau infeksi lokal karena keracunan. sehingga usus tidak bisa menyerap air secara
maksimal, akibatnya terjadi diare.
2.6 Diagnosis
Diagnosa
terhadap liver bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya racun atau toksin
tersebut. Untuk mengetahui apakah seseorang mengidap hepatitis kronis atau
tidak adalah dengan menjalani tes darah.
Ada tiga cara
diagnosa hepatitis yang umum dilakukan yaitu :
1)
Tes fungsi hati / liver
2)
Pemeriksaan
protein liver
3)
Biopsi liver
2.7 Masalah hepatitis terhadap kehamilan
1) Hepatitis A
Transmisi hepatitis A akut ke janin sangat rendah. Jika
antigen hepatitis A terdapat pada kotoran pada saat kelahiran bayi atau,
mungkin, ketika penyakit terjadi nanti 2-3 minggu terakhir kehamilan, bayi baru
lahir harus mendapatkan profilaksis immunoglobulin karena bisa tertular dari
ibu. Kehamilan dengan hepatitis A tidak menyebabkan peningkatan angka kematian
ibu. Jika bayi baru lahir terpapar, infeksi biasanya ringan dan mereka akan
mempunyai kekebalan seumur hidup.
2) Hepatitis B
Sebagian besar infeksi pada bayi baru
lahir kemungkinan terjadi saat persalinan dan kelahiran atau melalui kontak ibu
bayi, daripada secara transplasental. Walaupun sebagian besar bayi-bayi
menunjukkan tanda infeksi ikterus ringan, mereka cenderung menjadi carrier. Pada
satu penelitian hepatitis akut maternal (tipe B atau non-B) tidak mempengaruhi
insidens dari malformasi kongenital, lahir mati, abortus, atau malnutrisi
intrauterin. Tetapi, hepatitis akut menyebabkan peningkatan insidens
prematuritas.
3)Hepatitis C
Data yang ada tidak menunjukkan
peningkatan resiko malformasi kongenital, distress fetal, lahir mati atau
prematur. Wanita dengan HCV dan janinnya tidak mempunyai resiko yang lebih
besar terhadap komplikasi obstetrik atau perinatal dibandingkan dengan wanita
yang tidak hamil.
4)Hepatitis D
Penularan
neonatus pernah dilaporkan, tetapi vaksinasi hepatitis B biasanya mencegah
hepatitis delta.
5)Hepatitis E
Pada wanita hamil penyakit ini lebih
sering parah dan berhubungan dengan sindrom klinis yang disebut kegagalan hati
fulminant.wanita hamil, terutama pada trimester III mengalami tingkat kematian
tinggi dari penyakit ini (20%).
2.8 Penanganan hepatitis
1) Hepatitis A
Terapi
simptomatis adalah sangat penting untuk mengisolasi wanita hamil yang
terinfeksi untuk menghindari penularan. Terapi simptomatis disini termasuk
mencegah dehidrasi dan pemberian nutrisi yang adekuat dan istirahat. Biasanya
akan sembuh dalam 1-2 bulan. Wanita hamil yang telah terpapar infeksi dapat
diberikan imuno-γ-globulin (0,02
mg/kgBB). Terapi ini hanya efektif jika diberikan dalam waktu 2 minggu.
Vaksinasi hepatitis A dapat diberikan bersamaan dengan imuno-γ-globulin.
Dengan vaksinasi akan melindungi kadar antibodi dalam 10-14 hari. Telah
dilaporkan bahwa efektivitas vaksinasi lebih dari 90%.
2) Hepatitis B
(1)
Antepartum
a. Mendapat
kombinasi antibodi pasif (immunoglobulin) dan imunisasi aktif vaksin hepatitis
B
b. Menghindari
obat-obatan yang hepatotoksis seperti asetaminofen yang dapat memperburuk
kerusakan hati
c.
Tidak mendonor darah, bagian tubuh dan jaringan
d. Tidak
menggunakan alat pribadi yang dapat berdarah dengan orang lain misalnya sikat
gigi dan pisau cukur
e. Menginformasikan
pada Dokter Anak, Kandungan Kebidanan dan perawat bahwa mereka carrier
hepatitis B
f. Memastikan
bahwa bayi mereka mendapat vaksin hepatitis B waktu lahir, umur 1 bulan, dan 6
bulan
g.
Kontrol sedikitnya setahun sekali ke dokter pribadi
h. Mendiskusikan
resiko penularan dengan pasangan mereka dan mendiskusikan pentingnya konseling
dan pemeriksaan
(2) Persalinan
Walaupun
persalinan secara seksio sesarea sudah dianjurkan dalam arti untuk penurunan
transmisi HBV dari ibu ke anak, jenis persalinan ini tidak berarti secara
bermakna dapat menghentikan transmisi HBV. Tetapi seksio sesarea sangat disarankan oleh Centers for
Disease Control (CDC) dan American College of Obstetricians and Ginyecologists
(ACOG).
(3)
Bayi daru lahir
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
(termasuk carrier HBsAg kronik) harus di terapi dengan kombinasi dari antibodi
pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan vaksin hepatitis B.
(4)
Menyusui
Dengan
imunoprofilaksis hepatitis yang sesuai, menyusui tidak memperlihatkan resiko
tambahan untuk penularan dari carrier virus hepatitis B.
3. Hepatitis C
Pengobatan hepatitis C dengan
pemberian obat seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan
ribavirin. Tujuannya yaitu mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium
akhir penyakit hati.
4. Hepatitis D
Hepatitis D kronik diterapi dengan
interferon alfa.
5. Hepatitis E
Dengan pemberian vaksin dimana
vaksin tampak lebih efektif dan aman, namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
menilai perlindungan vaksin jangka panjang dan efektifitas biaya vaksinasi
hepatitis E.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar