Jumat, 21 Maret 2014

Asma Pada Kehamilan



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
            Asma ialah penyakit inflamasi kronis saluran pernafasan dengan komponen herediter mayor, terkait pada kromosom 5,6,11,12,14,16, dan reseptor IgE dengan afinitas tinggi, sitokin, reseptor T-sel antigen. (Sarwono,2009:810)
            Asma dapat didefinisikan sebagai dispne paroksismal yang disertai oleh bunyi tambahan yang disebabkan oleh spasme pipa bronkus atau pembengkakan mukosa bronkus. (Ben-Zion,1994:94).
            Asma merupakan suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil suatu pengobatan.(The American Thoracic Society,1962)
2.2  Gejala klinik
`           Pada keadan ringan, hipoksia dapat dikompensasi hiperventilasi, ditandai dengan PO2 normal, penurunan PCO2, dan alkalosis respirasi. Namun, bila bertambah berat akan terjadi kelelahan yang menyebabkan retensi CO2 akibat hiperventilasi, ditandai dengan PCO2 yang normal.
            Bila terjadi gagal nafas, ditandai asidosis, adanya pernafasa dalam, takikardi, ekspirasi memanjang, sianosis sentral, sampai gangguan kesadaran, keadaan ini bersifat reversible dan dapat ditoleransi. Namun, pada kehamilan sangat berbahaya akibat adanya penurunan kapasitas residu.
            Serangan asma dapat dimulai dengan sensasi kesesakan dada yang diikuti oleh batuk dan bising mengi. Demam menggambarkan infeksi saluran pernafasan. Dari pemeriksaan dada menunjukkan ronki dan bising mengi di inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi memanjang.

2.3  Manifestasi klinis.
Factor pencetus timbulnya asma antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran nafas, pengaruh udara dan factor psikis.penderita selama kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak, dan batuk-batuk.

2.4  Kemungkinan komplikasi
Meliputi emfisema mediastinum (pelebaran gelembung paru) dan mortalitas janin karena hipoksemia berat.

2.5  Pengaruh kehamilan terhadap asma
Tidak ada bukti klinis pengaruh kehamilan terhadap asma ataupun pengaruh asma terhadap kehamilan. Study perspektif terhadap ibu hamil dengan asma tidak didapatkan perbedaan kelompok yang mengalami perbaikan, menetap, atau memburuk. Namun, ada hubungan keadaan asma sebelum hamil dan morbiditasnya pada kehamilan. Sebanyak 20% dari ibu dengan asma ringan moderat mengalami serangan intrapartum, serta peningkatan resiko serangan 18 kali lipat setelah persalinan dengan seksio sesaria jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam.

2.6  Luaran kehamilan
Terdapat komplikasi preeklamsi 11%,IUGR 12%, dan prematuritas 12% kehamilan dengan asma.
Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi sebelum hipoksia pada ibu terjadi. Gawat janin terjadi akibat penurunan sirkulasi uteroplasenter. Hipoksia maternal menyebabkan penurunan aliran darah pada tali pusat, peningkatan resistensi vascular pulmonal dan sistemik, dan penurunan cardiac out put.
Obat-obatan antiasma yang biasa digunakan tidak memiliki efek samping teratogenik. Resiko pada anak untuk terkena asma bervariasi antara 6-30%, bergantung pada factor herediter dari ibu dan ayah penderita asma.

2.7  Penanganan asma kronis
Menurut National Asthma Education Program Expert Panel,1997, penanganan yang efektif pada kehamilan harus mencakup hal-hal berikut ;
1.      Penilaian objektif fungsi paru dan kesejahteraan janin
2.      Menghindari/menghilangkan factor presipitasi lingkungan
3.      Terapi farmakogenik
4.      Edukasi pasien.

2.8  Penanganan asma akut
Penanganan asma akut pada kehamilam sama dengan non hamil, tetapi hospitality threshold lebih rendah. Dilakukan penanganan aktif dengan hidrasi intravena pemberian masker oksigen.
Asma berat yang tidak berespon terhadap terapi dalam 30-60 menit dimasukkan dalam kategori status asmatikus. Penanganan aktif, di ICU dan intubasi dini, serta penggunaan ventilasi mekanik pada keadaan kelelahan, retensi CO2, dan hipoksemia akan memperbaiki morbiditas dan mortalitas.



Langkah penanganan asma pada kehamilan
Sebelum kehamilan




Selama kehamilan










Saat persalinan











Pascapersalinan
Konseling mengenai pengaruh kehamilan dan asma, serta pengobatan.
Hindari factor pencetus
Rujukan dini pada pemeriksaan antenatal.

Penyesuaian terapi untuk mengatasi gejala. Pemantauan kadar teofilin dalam darah, karena selama hamil terjadi hemodilusi sehingga memerlukan dosis yang lebih tinggi.
Pengobatan untuk mencegah serangan dan penanganan dini bila terjadi serangan,
Pemberian obat sebaiknya inhalasi, untuk menghindari efek sistemik pada janin.
Pemeriksaan fungsi paru ibu
Pada pasien yang stabil, NST dilakukan pada akhir trimester III.
Konsultasi anestesi untuk mempersiapkan persalinan.

Pemeriksaan FEV1, PEFR saat masuk rumah sakit dan di ulang bila timbul gejala.
Pemberian oksigen adekuat.
Kortikosteroid sistemik (hidrokortison 100 mg i.v. tiap 8 jam) diberikan 4 minggi sebelum persalinan dan terapi maintenance diberikan selama persalinan.
Anestesi epidural dapat digunakan selama proses persalinan. Pada persalinan operatif lebih baik digunakan anestesi regional untuk menghindari rangsangan pada intubasi trakea.penanganan hemoragi pasca persalinan sebaiknya menggunakan uterotonika atau PGE2 karena PGF dapat merangsang bronkospasme.

Fisioterapi untuk membantu pengeluaran mucus paru, latihan pernafasan untuk mencegah atau meminimalisir atelectasis, mulai pemberian terapi maintenance.
Pemberian ASI tidak merupakan kontraindikasi meskipun ibu mendapatkan obat antiasma termasuk prednisone.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar